Perjalanan Menyusuri Perkebunan Sayur di Lembang

Mengajak Anak Main di Alam

Mengajak anak-anak main ke alam — dimana mereka bisa melihat hijaunya pohon, segarnya udara, luasnya area terbuka — bisa memberikan manfaat yang besar untuk perkembangan emosional dan intelektual mereka.

Beberapa manfaat yang paling signifikan adalah mengurangi stres pada anak dan meningkatkan daya konsentrasi (https://www.parentingscience.com/outdoor-learning.html), dua hal mendasar yang sangat diperlukan untuk mendukung pembelajaran mereka di rumah atau sekolah.

Alternatif Tempat Wisata Alam

Kebiasaan kami mengajak anak-anak main ke tempat terbuka ini sedikit terhenti karena adanya wabah Covid-19. Kami berusaha menghindari tempat-tempat yang ramai karena khawatir dengan penyebaran wabah ini.

Karena itu kami pun mencari alternatif tempat wisata dimana kami bisa mengajak anak-anak ke alam yang tidak terlalu ramai. Suatu hari, melalui postingan Facebook salah satu ibu ITB Motherhood, kami akhirnya mendapatkan inspirasi kemana kami bisa berjalan-jalan, yaitu menyusuri perkebunan petani sayur di Lembang, Bandung.

Perjalanan Menyusuri Perkebunan

Tempat yang kami susuri ini memang perkebunan petani dan bukan setingan tempat wisata, jadi tempatnya sepi dan lebih natural apa adanya.

Lokasinya tidak jauh dari Jalan Raya Lembang. Hanya berjarak 1 km dari jalan raya, kami masuk menggunakan mobil dan parkir di depan Masjid Al-Hidayah Cikareo. Dari situ kami ditemani "guide" (tentunya bukan guide wisata yaa) untuk berkeliling perkebunan selama 2 jam kedepan.

Kami menyusuri jalan setapak berbukit — naik-turun — dengan disuguhi udara yang segar dan pemandangan Gunung Putri yang indah.

Hana awalnya takut-takut. Bahkan sekedar melewati jalan setapak saja tidak berani, sampai-sampai berpegangan sangat erat ke kaki ayah-bubunya. Hafidz setali tiga uang, dia masih harus digendong ketika melewati jalan setapak. Maklum, untuk benar-benar jalan di pedesaan, mereka baru pertama kali.

Hana masih takut-takut menyeberang jembatan kayu

Tapi lama kelamaan mereka mulai terbiasa dan berani. Bahkan hana sudah berani jalan paling depan. Ketika menyeberangi jembatan kayu untuk kedua kalinya, dia sudah tidak mau dipegangin, padahal pada saat menyeberang di jembatan pertama, dia teriak-teriak ketakutan sambil terus berpegangan ke tangan bubunya.

Mengenalkan Nama-nama Tanaman

Setiap kali kami melewati suatu perkebunan, Bubu Listya selalu mengenalkan kepada Hana tanaman apa yang ada di situ, "Hana. lihat itu ada {buncis | tomat | cabai | brokoli | kembang kol | dll}.. Lihat deh, ini {bunga | buah}nya, nanti ini bisa dipetik untuk dimakan". Kira-kira seperti itu mengajarkannya. Fun fact: di sana kembang kol disebutnya burkol.

Bubu memang kenal banyak tanaman sayur. Dia bisa langsung mengenali tanaman apa itu hanya dengan melihat bentuk daunnya dari jauh, sedangkan saya baru bisa mengenali suatu tanaman ketika sudah melihat bentuk buah atau bunganya dari dekat.

Ini membuat perjalanan kami juga bermanfaat untuk Hana dalam mengenal lebih banyak nama-nama tanaman langsung di alam. Sesuatu yang biasanya hanya dikenalkan lewat gambar atau bahan-bahan makanan di dapur. Memang beruntung sekali di keluarga kami ada  Bubu Listya yang familiar dengan pertanian/perkebunan sekaligus bisa mengajarkan anak-anak dengan cara yang menyenangkan.

Memetik Raspberry

Di akhir perjalanan, kami tiba di kebun raspberry milik salah satu warga dan memetik sendiri buah raspberry. Kami memetik lumayan banyak, hingga dapat 7 kotak penuh.

Hana semangat sekali memetik raspberry. Empat dari tujuh kotak yang kami bawa pulang adalah hasil petikan Hana. Hafidz juga ikutan memetik ditemani Bubu Listya.

Raspberry yang paling baik dipetik adalah yang warna merahnya sangat merah. Ciri lainnya adalah mudah untuk dipetik. Raspberry yang seperti ini rasanya paling manis.

Selesai dipetik, raspberry kemudian ditimbang dan dibayar sesuai timbangan. Kami juga tak lupa memberikan tip kepada bapak "guide" yang telah memandu kami menyusuri perkebunan selama kurang lebih 2 jam lamanya.