Hiking ke Sesar Lembang via Puncak Bintang Bukit Moko

Salah satu hal yang belakangan sedang kami coba rutinkan sebagai bentuk pendidikan sekaligus rekreasi adalah jelajah alam, teman-teman yang mendalami metode pendidikan Charlotte Mason menyebutnya nature walk, yaitu suatu perjalanan di alam sambil melakukan pengamatan terhadap hal-hal yang dijumpai selama perjalanan.

Sudah sejak seminggu sebelumnya, kami berdiskusi soal destinasi jalan-jalan kami berikutnya. Kriterianya masih sama, yaitu yang banyak jalan kakinya, natural, dan tidak terlalu ramai.

Awalnya kami berencana untuk jalan naik ke Tebing Keraton, namun karena satu dan lain hal akhirnya rencana tersebut berubah menjadi ke Bukit Moko atau Puncak Bintang ditambah extra miles dengan hiking dari sana ke Sesar Lembang.

Spot-Spot Menarik

Tempat ini biasa disebut Bukit Moko, Puncak Bintang, atau Puncak Bintang Bukit Moko. Destinasi wisata alam ini dibuka untuk umum sejak tahun 2014 dan dikelola oleh Perhutani. Sebelumnya area ini merupakah hutan pinus sadapan.

Nama resmi dari destinasi wisata ini adalah Puncak Bintang. Namun sebenarnya Puncak Bintang — dimana ada landmark besar berbentuk bintang — merupakan salah satu dari beberapa spot yang dapat dinikmati disini. Spot lainnya antara lain Warung Daheung, Puncak Bintang, Dermaga Bintang, Camping ground, dan hiking route ke Sesar Lembang.

Rute Menuju Puncak Bintang

Rute yang kami lewati menuju lokasi adalah lewat jalan Padasuka, terus naik ke atas. Perjalanan menggunakan mobil dari belokan Padasuka hingga area parkir adalah sekitar 30 menit dengan jarak sekitar 8,5 km. Jalan menuju Puncak Bintang banyak tanjakan yang cukup curam namun kondisi jalan saat ini sudah cukup bagus.

Kami akhirnya sampai di area parkir mobil. Tempat parkir mobil di Bukit Moko ini sebetulnya tergolong sempit. Ada beberapa area parkir, yaitu di depan Warung Daweung, di lapangan sebelum tanjakan ke Warung Daweung, selain itu di dekat warung-warung warga di bawah juga ada yang menyediakan tempat parkir.

Kami memilih untuk parkir mobil di lapangan sebelah kiri sebelum Warung Daweung. Parkir mobil di area Bukit Moko ini dikenakan tarif Rp. 10.000,-.  Dari area parkir utama depan Warung Daweung ini kita juga bisa melihat Dermaga Bintang, salah satu spot yang populer di area ini.

Penampakan Dermaga Bintang dari area parkir

Kami langsung jalan ke arah kiri menuju pintu masuk area wisata alam Bukit Moko Puncak Bintang. Harga karcis masuk adalah Rp 15.000/orang. Sebelum memasuki area, dilakukan pengecekan suhu tubuh terlebih dahulu oleh petugas. Hal itu dilakukan sebagai usaha untuk memastikan pengunjung yang memasuki kawasan wisata dalam kondisi sehat.

Untuk ukuran akhir pekan, jumlah pengunjung Bukit Moko ini relatif sedikit dan cenderung sepi.

Begitu masuk, ada petunjuk arah menuju 3 lokasi: Puncak Bintang, Patahan (Sesar) Lembang, dan Dermaga Bintang.

Yang menjadi tujuan utama kami kali ini adalah melakukan hiking. Karena itu kami langsung jalan ke arah jalur pendakian ke Sesar Lembang. Setelah itu, barulah kami mampir ke Puncak Bintang dan Dermaga Bintang dilanjut dengan berkeliling ke hutan pinus yang ada di kawasan.

Hiking ke Sesar Lembang melewati Hutan Pinus

Jalan menuju rute pendakian diawali dengan melewati hutan pinus yang juga dapat digunakan sebagai camping ground. Pemandangan di sini sangat hijau menyejukkan mata, dengan udara yang masih segar dan sejuk.

Di sini juga jadi spot yang bagus untuk berfoto. Di sepanjang jalan, banyak bertebaran strobilus atau disebut juga kacang pinus, yang jadi salah satu objek pengamatan Hana dan objek sensory touch yang baik untuk Hafidz.

Strobilus
Jalan di hutan pinus cenderung sudah rapi dan lebih rata sehingga medannya tidak terlalu sulit.
Disini juga tempat yang cocok untuk foto-foto seperti ini, misalnya 😄

Akhir dari area camping ground hutan pinus ditandai dengan adanya pos jaga. Di dekat pos jaga ini juga terdapat  toilet dan papan petunjuk perjalanan. Setelah melewati pos jaga, kita akan memasuki rute hiking ke Sesar Lembang.

Pos jaga
Awal rute hiking

Yang kami perhatikan, kebanyakan pengunjung hanya berjalan paling jauh hingga pos jaga ini. Mungkin karena memang lebih memilih jalan-jalan santai dan foto-foto. Selepas pos jaga ini, hanya ada jalan tanah dengan medan naik turun dan tidak rata.

Jadi perlu dipersiapkan energi, bekal (terutama air minum), dan outfit (terutama sepatu) yang mendukung. Jika hendak membawa anak-anak ke wilayah Sesar Lembang ini, orang tua harus terus memantau anak-anak karena pada beberapa tempat, jalan yang dilalui langsung bertepikan sisi yang curam.

Momen Mengenalkan Vegetasi kepada Anak

Seperti biasa, sepanjang perjalanan Bubu Listya mengenalkan berbagai jenis vegetasi kepada Hana. Kami memang menjadikan momen jelajah alam ini sebagai sarana untuk memaparkan anak pada alam bebas dan mendorong anak untuk melakukan pengamatan langsung apa yang ada di sekitarnya saat dia melakukan perjalanan.

Hana bahkan membawa "oleh-oleh" berbagai macam daun, buah, dan bunga yang ditemukan selama perjalanan. Biasanya nanti Bubu Listya akan meminta hana menarasikan apa yang Hana temui dan "pelajari" selama perjalanan.

Karena Hana sedang senang menggambar dan melukis, jadi Bubu Listya juga mengajak hana untuk menggambar "oleh-oleh" yang kemarin dibawa sebagai objek menggambar Hana. Tapi ini hanya kalau Hana mau saja, tidak dipaksakan.

Beberapa jenis vegetasi yang kami temukan selama perjalanan antara lain pohon pinus, tanaman kopi, beberapa jenis tanaman paku, beberapa jenis bunga salah satunya dandelion, tanaman talas, ubi, lumut dan benalu pohon pinus, dan tanaman lainnya. Bubu Listya mengenalkan banyak sekali tanaman-tanaman itu ke Hana.

Momen Mengenalkan Medan Perjalanan

Jalan yang dilalui bervariasi medannya, ada tanjakan, turunan, perbedaan ketinggian, lubang, tidak rata, berbatu, atau berdebu.

Kami mendorong agar anak-anak jalan sendiri dan mencoba sendiri medan perjalanan seperti ini, hal ini sekaligus untuk melatih stamina dan kekuatan motoriknya. Kami mengamati ternyata anak-anak sangat menikmatinya.

Hana bahkan seperti tak habis-habis energinya. Sesekali berlari, merayap, loncat. Dia juga sering berhenti ketika melihat ada vegetasi yang menarik perhatiannya di kiri-kanan jalan.

Yang cukup di luar ekspektasi adalah ternyata Hafidz bisa terus-menerus jalan sendiri tanpa digendong mulai dari awal hingga sampai ke Sesar Lembang, padahal jaraknya cukup jauh (sekitar 2 km) dan rutenya lumayan menantang untuk anak umur 2 tahun.

Dia sesekali jalan sendiri, sesekali dituntun. Kadang jatuh, tapi lalu bangun lagi. Kadang  juga berlari ketika sedang di medan yang datar. Seperti itu saja terus.

Baru pada perjalanan baliknya, Hafidz lebih banyak digendong karena sudah mengantuk. Tapi setelah bangun lagi dia mulai mau jalan sendiri lagi.

Hafidz sempat tidur saat perjalanan balik

Hafidz sebetulnya belum tertarik dengan vegetasi di sekitarnya. tapi karena sepanjang perjalanan banyak kupu-kupu yang melintas, akhirnya itu berhasil menangkap perhatiannya. Kadang saat tetehnya sedang mengamati bunga dan daun, dia ikut-ikutan mau memegang daun yang dia temukan.

Ohya, yang patut jadi catatan untuk diperhatikan adalah, jalan menuju Sesar Lembang ini juga banyak dilalui para pesepeda dan para pemotor cross, jadi baiknya lebih waspada. Kami juga berpapasan beberapa petani sekitar yang menggunakan motor bebek untuk membawa rumput pakan ternak mereka.

Di sepanjang jalan menuju Sesar Lembang, kami menemukan dua buah warung; satu tutup dan satu buka. Keberadaan warung di bukit moko ini cukup membantu jika ada hikers yang ingin membeli sesuatu atau sekedar duduk-duduk untuk bersantai sejenak.

Sesar Lembang, 1.515 mdpl

Setelah hiking sepanjang kurang lebih 2 km selama +/- 1 jam, akhirnya kami tiba di spot tujuan yaitu Sesar Lembang. Sesar Lembang sendiri sebenarnya merupakan patahan yang memanjang sepanjang 29 km dari Padalarang hingga Lembang. Bentuknya adalah perbukitan dan yang kami kunjungi ini merupakan salah satu dari puncaknya.

Dari sini terlihat pemandangan yang, masya Allah, sangat indah ke arah Maribaya. Dari sini juga terlihat tempat wisata The Lodge Maribaya di sebelah bawah.

Disini, kami berhenti sejenak untuk foto-foto dan beristirahat sebelum berjalan balik ke Puncak Bintang. Kami memakan perbekalan berupa roti, biskuit dan kue yang mayoritas adalah perbekalan yang kami bawa untuk anak-anak.

Ketika sedang beristirahat di sini, kami juga bertemu dengan para pesepeda yang berangkat dari Palintang, Ujung Berung. Dari mereka jugalah kami tahu kemana rute tembus menuju Tebing Keraton. Hmm.. bisa jadi next hiking destination nih 😄.

Salah satu puncak Sesar Lembang
Dari sini terlihat pemandangan indah ke arah Lembang

Camping Ground

Dari Sesar Lembang, kami kembali lagi ke camping ground yang dikelilingi hutan pinus. Tempat ini merupakan tempat yang asyik untuk berkemah atau piknik. Namun kali ini kami hanya duduk-duduk santai saja sembari melepas lelah.

Puncak Bintang

Tak lama kemudian, kami mendaki bukit camping ground untuk menuju ke spot foto-foto yang populer, Puncak Bintang, yaitu spot dimana ada landmark besar berbentuk bintang. Dari sini kita bisa melihat area perkebunan miliki warga.

Landmark Puncak Bintang

Dermaga Bintang

Setelah dari Puncak Bintang, kami menunaikkan shalat dzuhur di mushalla yang terletak di dekat pintu masuk dan lanjut ke Dermaga Bintang.

Dermaga Bintang adalah sebuah bangunan tinggi berupa anjungan yang terbuat dari besi dimana kita bisa menaikinya dan melihat pemandangan kota Bandung dari atasnya.

Penampakan Dermaga Bintang dari dekat
Dari atas Dermaga Bintang kita dapat melihat perkebunan dan hutan pinus di kejauhan

Hutan Pinus

Di area ini terdapat dua camping ground yang keduanya merupakan hutan pinus. Yang pertama adalah yang kami lewati saat hendak hiking ke Sesar Lembang, dan yang kedua adalah yang berada di dekat Dermaga Bintang.

Setelah turun dari Dermaga Bintang, kami mencoba berjalan-jalan memasuki hutan pinus di sebelahnya. Jalan setapaknya sudah di-paving block hingga jarak tertentu. Setelah itu hanya ada jalan setapak diantara semak-semak

Sebetulnya sayang sekali belum ada track nyaman yang mengitari hutan pinus seperti di Orchid Forest. Jika dibuatkan, ini mungkin akan jadi tempat forest walk yang asik bersama keluarga.

Hutan pinus dengan jalan setapak yang sudah di-paving block

Setelah kami merasa berjalan cukup jauh dan perut sudah mulai lapar, kami akhirnya kembali lagi keluar dari hutan pinus untuk pulang. Namun sebelumnya kami sempat duduk-duduk melepas lelah di area terbuka dimana terdapat tempat duduk yang terbuat dari kayu dan bebatuan.

Area tempat duduk yang luas

Warung Daweung

Sebelum pulang, kami mampir di Warung Daweung dekat area parkir mobil untuk makan siang.tadinya kami berniat makan siang di rumah, tapi karena anak-anak sudah kelaparan, jadilah kami memutuskan makan di Warung Daweung, dengan pertimbangan warungnya sedang sepi pengunjung dan lokasinya outdoor.

Warung Daweung merupakan salah satu spot rekreasi yang cukup populer di Bukit Moko. Dari sini kita bisa menikmati makanan sambil melihat pemandangan perkebunan dan hutan pinus di kejauhan.

Daweung sendiri merupakan kata dari bahasa Sunda yang artinya berdiam diri untuk merenung atau melamun. Memang tempat ini cocok sekali untuk escape sejenak dari kesibukan dan merenung.

Warung Daweung

Sepertinya jika malam kita dapat menikmati suasana yang cukup romantis, dengan disuguhi pemandangan lampu-lampu yang indah dari arah kota Bandung. Nampaknya lain waktu kami perlu main lagi kesini di waktu malam ☺️.

Menu makanan disini pun enak dengan harga yang terjangkau. Dengan membeli voucher senilai Rp 30,000 kita sudah bisa dapat paket berisi 1 makanan dan 1 minuman.

Beberapa Tips Hiking dengan Mengajak Anak

Bagi yang ingin mengajak anak-anak hiking ke Sesar Lembang via Bukit Moko, ada beberapa tips yang bisa kami bagikan:

  1. Pastikan anak-anak dalam kondisi sehat dan cukup istirahat, karena perjalanan akan cukup panjang dan melelahkan untuk mereka.
  2. Bawalah perbekalan yang cukup seperti minuman, makanan dan snacks, pakaian pengganti (terutama untuk anak-anak, juga diapers yang cukup, berikut plastik untuk membungkus membuangnya jika anak anda masih menggunakan diapers), dan toiletries seperti tissue basah, hand sanitizer, masker pengganti, juga obat-obatan pribadi). jangan lupa juga membawa plastik untuk sampah, sehingga kita tidak mengotori alam.

    Sebagai perbandingan, kemarin, kami membawa 4 tangkup roti, 1 kotak biscuit keju susu, 2 bungkus snacks anak dan 6 bungkus rice crackers serta 2 botol minum, dan ternyata perbekalan yang kami bawa itu kurang, terutama air minum. Kami juga kemaren tidak terpikir membawa makanan berat seperti nasi, karena kami pikir roti cukup untuk mengganjal. Kami juga kelupaan untuk membawa snacks untuk kami yang dapat memberikan energi dalam waktu singkat seperti cokelat atau air madu/madu sachet. Mungkin, dikarenakan track yang cukup menantang, apalagi dengan membawa anak cukup menguras tenaga.  

    Terkait perbekalan, catatan dari kami, yang perlu diperhatikan adalah bawa perbekalan secukupnya tapi jangan sampai kurang karena membawa terlalu banyak akan memberatkan perjalanan, dan kekurangan perbekalan akan mengurangi kenyamanan (anak kelelahan, rewel, kerepotan, dll)
  3. Jika membawa anak batita, baiknya bawalah gendongan bayi yang nyaman karena kita akan perlu menggendong mereka ketika mereka lelah atau mengantuk. Akan sangat sulit ketika kita mesti menggendong tanpa gendongan bayi karena di saat yang bersamaan kita perlu menggunakan kedua tangan kita untuk membantu melewati medan tertentu atau sekedar menjaga keseimbangan.
  4. Karena track cukup "manantang" jangan lupa gunakan sepatu yang nyaman, baiknya jangan menggunakan sandal apalagi sandal/sepatu dengan hak tinggi karena akan menyulitkan.
  5. Jangan memaksakan! Lihat kondisi kita dan anak-anak ketika hiking. Tidak perlu terlalu ngoyo karena yang penting anak-anak dan kita dapat menikmati perjalanan. kita juga harus melihat kondisi kita sebagai orang tua. karena hiking dengan anak akan jauh lebih melelahkan daripada kita hiking sendirian. jadi kita juga harus mengukur stamina kita dan mempersiapkan perbekalan sebaik-baiknya

Penutup

Demikianlah perjalanan seharian kami hari itu. Total durasi waktu yang kami habiskan di lokasi adalah sekitar 6 jam dengan proporsi: 3 jam hiking; 1,5 jam ke Puncak Bintang, Dermaga Bintang, dan hutan pinus; serta 1,5 jam makan siang dan sholat.

Kalau ditanya, apakah kapok hiking bersama anak? Alhamdulillah.. enggak! Justru makin lama kami berdua makin ketagihan, apalagi dengan respon anak-anak yang semakin lama juga semakin tertarik.

Selamat menjelajah.. 💪🏼